Sejarah Aliran Pencak Silat Setia Hati

Pencak silat Setia Hati merupakan aliran silat yang didirikan oleh Ki Ngabehi Suro Diwiryo. 

Setia Hati menjadi salah satu aliran pencak silat terbesar dengan anggota terbanyak di Indonesia selain silat Cimande.

Anak perguruan dari aliran silat Setia Hati yaitu seperti Persaudaraan Setia Hati Terate, Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo dan Persaudaraan Setia Hati Pilangbango.

Lantas bagaimanakah sejarah dan profil dari aliran silat Setia Hati?, mari simak berbagai penjelasan berikut ini.

Sejarah Setia Hati

Sebagai seorang guru besar, Ki Ngabehi Suro Diwiryo atau Eyang Suro lahir di Surabaya pada tahun 1876.

Beliau merupakan anak sulung dari Ki Ngabehi Soeromihardjo yang termasuk sebagai orang terpandang dengan garis keturunan Batoro Kalong Ponorogo.

Sedari kecil, Eyang Suro sudah menunjukkan sifat gigih dan berkemauan keras, contohnya pada usia 15 tahun beliau sudah bekerja dengan orang belanda sebagai juru tulis.

Namun pekerjaan tersebut tidak menghalangi keinginan beliau untuk menimba ilmu, sehingga beliau pun juga menjadi seorang santri di Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur.

Bukan hanya belajar ilmu agama, namun Eyang Suro juga mempelajari ilmu pencak silat di Pondok Pesantren tersebut.

Perjalanan Eyang Suro Menimba Ilmu Pencak Silat

Pada tahun 1893, Eyang Suro memutuskan untuk pindah ke Bandung tepatnya di daerah Parahyangan.

Pada saat di Bandung, beliau mempelajari aliran silat Cimande milik Mbah Kahir, silat Cikalong, Cibaduyut, Ciampea dan Sumedang.

Namun ilmu yang beliau dapat tidak lantas membuatnya puas begitu saja, sehingga pada tahun 1893 beliau pun pindah ke Batavia.

Pada saat di Batavia, Eyang Suro mempelajari berbagai aliran silat Betawi yang juga cukup terkenal di masa itu.

Aliran silat Betawi yang beliau pelajari antara lain Kwitangan, Monyetan dan permainan Toya.

Pada tahun 1894, beliau pergi ke Bengkulu dengan harapan bisa menambah keilmuan pencak silatnya. 

Namun daerah Bengkulu ternyata memiliki aliran pencak silat yang sama dengan daerah Jawa Barat yaitu silat Cimande.

6 bulan setelahnya, Eyang Suro melakukan perjalanan ke Sumatera Barat untuk belajar Silek Minang.

Hasilnya, beliau pun bisa menguasai permainan Padang Pariaman, Padang Sidempuan, Padang Sikante,Padang Alai dan beberapa silat lokal minang lainnya.

Tidak jauh dari daerah tersebut tepatnya di daerah Bukittinggi, Eyang Suro kembali berguru dan mempelajari silat lokal yang ada di daerah tersebut.

Seperti silat Orang Lawah, Permainan Lintang, Sipei, Katak Gadang dan berbagai silat Bukittinggi lainnya.

Setelah mendapat banyak ilmu pencak silat di Sumatera Barat, beliau pun melakukan perjalanan terakhirnya untuk mencari ilmu pencak silat, yaitu ke Aceh.

Pada saat di Aceh, Eyang Suro berguru dengan Tengku Achmad Mulia Ibrahim, Gusti Kenongo Mangga Tengah dan Cik Bedoyo.

Pada akhirnya, Eyang Suro pun mempelajari permainan silat khas Aceh seperti Kucingan, Bengai Lancam, Simpangan, Turutung dan silat Aceh Pantai.

Lahirnya Pencak Silat Setia Hati

Setelah mendapat banyak bekal ilmu pencak silat di tanah air, Eyang Suro pun memutuskan untuk pulang kembali ke tanah kelahirannya Surabaya pada tahun 1902.

Selanjutnya, beliau langsung bekerja menjadi Polisi berpangkat Mayor di Surabaya.

Selang 1 tahun kemudian, tepatnya pada 1903 Eyang Suro mendirikan sebuah perkumpulan dengan nama Sedulur Tunggal Kecer.

Guna mengimplementasikan semua ilmu silat yang beliau miliki, Eyang Suro menciptakan Joyo Gendilo Cipto Mulyo sebagai aliran pencak silat pada perkumpulan tersebut.

Setelah itu, pada 1917 Eyang Suro pindah ke Desa Winongo (Madiun) dan memperbarui ajaran dan nama perguruan menjadi Persaudaraan Setia Hati (Panti).

Pecahnya Pencak Silat Setia Hati 

Setelah Perguruan Setia Hati resmi berdiri, Eyang Suro mendapat banyak murid yang berasal dari siswa dan pegawai di sekolah Pamong Praja Pribumi OSVIA dan MILO.

Sekolah OSVIA dan MILO ini berada di Madiun, Surabaya, Malang, Solo, Kediri, Yogyakarta dan Semarang.

Namun banyaknya murid Eyang Suro mengakibatkan munculnya banyak idealisme yang berbeda-beda.

Sehingga terdapat beberapa tokoh yang ingin mendirikan organisasi dan perguruan sendiri namun masih dalam naungan Setia Hati. 

Berbagai Perguruan atau Organisasi Silat Rumpun Setia Hati

Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT)

Pendiri dari PSHT adalah Ki Hajar Harjo Utomo yang memiliki jiwa patriotisme tinggi. Ki Hajar Harjo Utomo sendiri merupakan murid dari Eyang Suro.

Namun beliau memiliki pendapat jika pencak silat seharusnya diajarkan ke semua kalangan dan bukan untuk kaum ningrat saja.

Sehingga beliau meminta izin kepada Eyang Suro untuk mendirikan pendidikan pencak silat sendiri untuk para kaum bawah dan para pemuda. 

Pendidikan pencak silat tersebut bernama Setia Hati Pencak Sport Club yang berdiri pada tahun 1922 di daerah Pilangbango, Madiun.

Ilmu pencak silat pada SH PSC sendiri berguna sebagai alat untuk melawan penjajah Belanda.

Pada awal berdirinya perguruan ini mendapat tentangan dari para anggota Setia Hati lainnya dan pihak Belanda.

Namun SH PSC tetap terus berkembang hingga berubah nama menjadi Setia Hati Pemuda Sport Club dan berubah lagi menjadi bentuk organisasi bernama Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT).

Hingga pada saat ini PSHT terus berkembang sehingga menjadi organisasi pencak silat terbesar di Indonesia dan dunia.

Setia Hati Organisasi (SHO) dan Persaudaraan Setia Hati

Setia Hati Organisasi (SHO) lahir pada tanggal 22 Mei 1932 di Semarang.

Organisasi ini berdiri atas ikrar bersama para Kadhang SH di Semarang, Yogyakarta, Magelang, Solo dan beberapa daerah lain di Jawa Tengah.

SHO berdiri tepat pada saat jiwa nasionalisme bangsa Indonesia sedang panas-panasnya, meskipun penentangan datang dari pihak Belanda, namun organisasi ini terus berdiri tegak.

Pendiri dari SHO adalah Bapak Moenandar Hardjowijoto Dari Desa Ngrambe, latar belakang berdirinya SH Organisasi ini hampir sama dengan PSHT.

aitu kurang setuju dengan sistem latihan yang hanya boleh diikuti oleh para kaum Ningrat saja.

Pada tahun 1972 pada kongres ke 13 di Yogyakarta, menetapkan jika nama Setia Hati Organisasi berubah menjadi Persaudaraan Setia Hati.

Penghapusan kata “Organisasi” ini menandakan tidak adanya garis pemisah yang besar dengan berbagai perguruan rumpun Setia Hati seperti SH Winongo dan lainnya.

Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo

Pada tahun 1964, aliran silat Setia Hati kurang bisa berkembang dan mengalami masa kemunduran.

Hal ini karena para pendekar atau anggota SH mayoritas sudah berumur tua dan sepuh.

Sehingga pada 15 Oktober 1965, Bapak Soewarno berniat untuk mengembangkan kembali ajaran Setia Hati dengan mendirikan Persaudaraan Setia Hati Tunas Muda Winongo.

Kata Tunas Muda pada perguruan ini merupakan sebuah simbol harapan agar Setia Hati dapat bersinar ke era kejayaannya kembali.

Peningkatan latihan jasmani dan rohani pada perguruan ini kepada para pemuda diharapkan akan berguna untuk kepentingan bangsa Indonesia.

Berbeda dengan beberapa aliran pencak silat Setia Hati lainnya, pengesahan atau prosesi pelantikan anggota resmi SH Tunas Muda Winongo harus berlangsung di Madiun, Jawa Timur.

Hal tersebut bertujuan untuk menjaga kemurnian ajaran pada aliran pencak silat Setia Hati.

Persaudaraan Setia Hati Pilangbango

Latar belakang berdirinya Setia Hati Pilangbango yaitu untuk melestarikan berbagai jurus asli milik Ki Hajar Harjo Utomo.

Seperti yang kita ketahui, pada saat Ki Hajar Harjo Utomo mendapat hukuman dari pihak Belanda, tongkat kepemimpinan SH Terate berada pada murid beliau.

Secara tidak langsung, para murid beliau juga menciptakan jurus baru, sehingga dalam PSHT terdapat jurus lama dan jurus baru.

Oleh karena itu, SH Pilangbango menganut jurus lama ciptaan Ki Hajar Harjo Utomo, sedangkan kata Pilangbango dari perguruan ini diambil dari daerah kelahiran Ki Hajar Harjo Utomo di Desa Pilangbango.

Seiring berjalannya waktu, SH Pilangbango pun terus berkembang, menurut Ketua Umum nya yaitu Bapak Bambang Dwi Tunggal, perguruan ini sudah memiliki 30 Cabang di seluruh Indonesia dan 2 Komisariat di Belanda dan Prancis.

Persaudaraan Rumpun Setia Hati (PRSH)

Organisasi pencak silat ini berdiri pada 23 Juni tahun 2013 di Surakarta, latar belakang berdirinya PRSH yaitu untuk melanjutkan ajaran SH PSC.

Persaudaraan Rumpun Setia Hati lebih mengacu kepada ajaran Setia Hati yang disampaikan oleh Bp. Hasan Djojohadikusumo (Eyang Hasan) yang notabene sebagai murid dari Ki Hajar Harjo Utomo.

Eyang Hasan sendiri menekuni ilmu Setia Hati dari ajaran Ki Hajar Harjo Utomo dan Eyang Munandar.

Eyang Munandar memiliki keahlian pada kerohanian atau pendalaman spiritual ilmu Setia Hati.

Pengurus besar PRSH berada di Surakarta, saat ini Persaudaraan Rumpun Setia Hati sudah memiliki 23 Cabang di seluruh Indonesia dan di luar negeri.

Seni Silat Setia Hati ESHA

Memiliki nama ESHA karena dalam bahasa jawa kala itu huruf S dengan pelafalan ES dan huruf H terbaca dengan HA.

Seni Silat Setia Hati ESHA berdiri atas jasa Abdullah Muhammad Jasmani Haqiki Bin Hj. Mohf. Ali. (Kang Jasman), Beliau lahir di daerah Tasek Utara Singapura pada tahun 1918.

Sebelum mendirikan ESHA, beliau telah mempelajari seni beladiri bernama Pateh Gajah Mada dari ayah beliau.

Setelah itu, Kang Jasman pun mulai mengenal pencak silat Setia Hati dan pada akhirnya mendirikan perguruan ESHA pada tahun 1939 bersama dengan Kang Munaji.

Kang Munaji sendiri merupakan keturunan dari salah satu murid Eyang Suro. Hingga saat ini ESHA masih berkembang dan memiliki julukan ESHA Singapura karena berada di negara Singapura.

Perguruan Silat Lainnya 

Selain berbagai perguruan dan organisasi silat di atas, sebenarnya masih terdapat perguruan di luar negeri bernama Academie Frank Ropers Penchak Silat Self Defense.

Perguruan ini memiliki aliran Setia Hati dan berkembang di daratan Eropa seperti Prancis dan Belanda yang berdiri pada 28 Agustus 1929.

Tokoh yang berjasa menyebarkan SH ke Eropa ialah Bapak Hardjono Turpijin yang lahir di Madiun dan diasuh oleh Eyang Suro dan Ki Harjo Utomo.

Beliau memiliki seorang murid bernama Frank Ropers dan Charles Joussot, kedua muridnya inilah yang mengembang ajaran beliau di Eropa hingga menjadi acuan para pasukan khusus polisi barat.

Namun banyak pendapat menyatakan jika materi dari Setia Hati banyak dimodifikasi karena para orang Eropa hanya mengambil inti dari teknik silat Setia Hati.

Sehingga Academie Frank Ropers Penchak Silat Self Defense tidak kami masukkan ke dalam perguruan dengan rumpun pencak silat Setia Hati seperti pada daftar di atas.

Tinggalkan komentar